Selasa, 25 Januari 2011

Keluarga Pengacara 1





Advokat Farhat Abbas, Putra Hakim Agung Abbas Said

Anak Realistis, Ayah Normatif

Farhat Abbas sebenarnya ingin menjadi hakim. Tapi, oleh bapaknya, Abbas Said (hakim agung yang kini menjadi ketua bidang di Komisi Yudisial), dia diarahkan menjadi pengacara jika ingin kaya.

--------------------------------------------- 

Farhat adalah putra kedua Abbas Said. Farhat mengaku sebagai anak kebanggaan bapaknya. ’’Mungkin kalau anak kesayangan, tidak. Sebab, semua anak jelas disayang. Tapi, kalau anak kebanggaan, jelaslah,’’ canda Farhat saat ditemui di sebuah studio rekaman di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (22/1).

Studio rekaman tersebut disewa Farhat untuk menggarap lahan bisnisnya. Yakni, menciptakan lagu. Bisnis tersebut dia kelola bersama istri, Nia Daniati, yang juga penyanyi. ’’Ini lagu ciptaan saya,’’ katanya lantas menyuruh salah seorang teknisi menyetel komposisi berjudul Jakarta dan Pengacara.
Saat ini sudah 25 lagu yang diciptakan Farhat. Soal aransemen, dia menyewa sejumlah orang untuk membantunya. Tapi, secara umum, lagu-lagu ciptaannya harus dia acc bersama sang istri. ’’Daripada saya bisnis tambang emas yang merusak lingkungan, lebih baik saya bisnis tembang emas,’’ ujarnya lantas terkekeh.

Dari enam bersaudara, hanya Farhat dan si bungsu yang merintis karir di dunia hukum. Si bungsu kini sudah jadi hakim. Proses Farhat menjadi pengacara juga tidak langsung setelah dia lulus dari Universitas Pasundan. Sebab, begitu lulus kuliah dia sempat menjajal dunia bisnis sebagai pengusaha rotan.

Memilih hukum sebagai jurusan juga bukan karena arahan sang ayah. Itu dipilih karena sarjana hukum cenderung lebih banyak dibutuhkan di instansi-instansi. ’’Lebih fleksibel kalau mau cari kerja,’’ katanya.

Setelah cukup dengan bisnis rotan, Farhat lantas mulai berpikir jadi pengacara. Awalnya, dia sempat berpikir ingin menjadi hakim. Tapi, Abbas Said sempat berkata kepada dia, ’’Kalau mau kaya, jadi pengacara. Jangan jadi hakim. Jadi hakim yang ada hanya pengabdian.’’ Lelaki 34 tahun itu pun akhirnya menggeluti dunia pengacara.

Saat masih menjadi hakim agung di Mahkamah Agung (MA), Abbas Said tidak pernah memperkenalkan Farhat kepada kolega sesama hakim. Justru Farhat dilarang datang ke kantor Abbas di gedung Mahkamah Agung (MA). Begitu pula ketika Abbas bermain golf bersama rekan-rekannya. Farhat tak pernah diajak. ’’Saya sebenarnya juga mau ikut. Tapi, ayah selalu risi kalau lihat saya. Akhirnya, nggak usahlah daripada dia risi,’’ katanya.
Untuk menjaga independensi, Abbas sengaja tidak pernah menyidangkan kasus-kasus yang ditangani Farhat. Tiap kali ada kasus dengan Farhat sebagai pengacara, Abbas meneruskannya ke hakim agung lain.

Farhat mengakui, dia kerap berdiskusi dengan Abbas tentang hukum. Namun, tidak spesifik pada kasus tertentu. Farhat justru merasa tidak asyik berdiskusi dengan sang ayah. Sebab, Abbas cenderung normatif. Penjelasannya pun lebih banyak berkutat pada hal-hal yang berbau agama. ’’Kalau kita kan anak muda mikirnya realistis. Ayah itu mikirnya selalu agama,’’ imbuhnya.
Selama menjadi pengacara, Farhat pernah dimarahi Abbas. Dalam kasus pembunuhan penyanyi Alda Rizma, hakim memutus kurungan badan 15 tahun bagi terdakwa Ferry Surya Prakasa. Farhat mencak-mencak dan mengecam hakim yang memberikan hukuman terlalu ringan. ’’Langsung saya ditelepon. Dia bilang, kamu sama hakim jangan begitu. Bisa kualat kamu,’’ tuturnya. (aga/c2/kum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar