Selasa, 21 Desember 2010

Pohon 80 ton berusia 700 tahun pindah ke UI Jakarta

Rumitnya Memindah Pohon Langka Baobab dari Subang ke Kampus UI

Perlu Dua Hari untuk Pindahkan Dua Pohon

Komitmen Universitas Indonesia (UI) menjadi kampus terhijau di Indonesia tidak main-main. Salah satunya dilakukan dengan menanam 10 pohon Africanbaobab. Padahal pohon-pohon langka yang rata-rata berbobot 80 ton itu harus dipindahkan dari Subang ke kampus UI Depok sejauh 150 km.

ZULHAM MUBARAK, Depok

DAHI Rektor UI Prof Dr der Soz Gumilar Rusliwa Somantri mengernyit. Matanya tajam menatap sebuah maket dan foto berukuran kartu pos yang tergeletak di meja kerjanya pada pekan pertama Agustus silam. Sejurus kemudian, dia menulis secarik catatan dan menyerahkannya kepada tim yang beranggota sejumlah pakar tanaman.

Hari itu, rencana yang disebut mission impossible itu pun harus dapat terwujud: memindahkan 10 pohon Africanbaobab yang berdiameter rata-rata 3–5 meter dari pedalaman Subang, Jawa Barat, ke kampus UI Depok.

’’Waktu itu, saya sedikit pesimistis. Tapi, alhamdulillah berkat bantuan banyak pihak pohon itu kini melengkapi koleksi ragam tanaman di kampus UI,’’ ujar Gumilar ketika ditemui di kantornya, Jumat (17/12).

Pemindahan pohon berukuran 16 pelukan orang dewasa tersebut belum tuntas benar. Di antara 10 pohon yang direncanakan, tim baru bisa memindahkan tujuh pohon. Kini, pohon bernama latin Adansoia digitata itu telah tertanam di halaman gedung rektorat UI.
Pohon-pohon tersebut diperkirakan sudah berusia lebih dari seabad (100 tahun). Rata-rata bertinggi 20 meter. Selama ini, pohon-pohon itu hidup di lahan kantor Regional 1 PT Sang Hyang Seri Sukamandi, Ciasem, Subang, dan di kebun tebu PT PG Rajawali II di Desa Manyingsal, Cipunagara, Subang.
Tentu saja pemindahannya tidak bisa dibilang mudah. Sebab, pohon-pohon itu semula berada di tengah perkebunan, kemudian dibawa melintasi jalan-jalan sempit, perumahan penduduk, hingga jalan tol sebelum sampai di UI.

Gumilar mengungkapkan, yang dilakukan tim UI itu sepadan dengan kegunaan dan fungsi pohon yang disebut superfruit atau buah super tersebut. Inisiatif awalnya bermula dari perjalanan Gumilar dua tahun lalu ke Eropa. Ketika di Jerman, dia membaca sebuah artikel di media yang menyebutkan keistimewaan pohon Africanbaobab atau Adansonia digitata.

Berdasar penelitian ilmiah, pohon tersebut sangat bermanfaat. Daunnya lezat menyerupai daun kemangi, bisa dimakan mentah. Buahnya juga enak menyerupai cempedak. Kandungan vitamin C-nya enam kali lebih banyak dari jeruk. Kandungan potasiumnya enam kali lebih banyak dari pisang. Kalsiumnya dua kali lebih tinggi dari susu. Begitu pula, zat besi, antioksidan, dan magnesiumnya sangat tinggi.

Setelah kembali ke tanah air, Gumilar mendapat informasi tentang keberadaan pohon asli Afrika itu di Subang. Warga menyebut pohon tersebut dengan sebutan Ki Tamblek karena identik dengan sesuatu yang mistis serta menyeramkan. Ditengarai, pohon itu ada di Subang karena dibawa penjajah Belanda. Yang luar biasa, di antara 10 pohon langka tersebut, ada yang sudah berusia 700 tahun.
’’Karena itu, kami ingin pohon itu menjadi magnet baru bagi peneliti UI dan dikonservasi di sini,’’ ungkap Gumilar.

Menurut Harun A. Gunawan, ketua tim pemindahan pohon baobab UI, teknis pemindahan dalam sekali perjalanan membutuhkan waktu satu sampai dua minggu. Tujuh pohon itu diangkut dalam empat kali perjalanan. Dalam tiga perjalanan pertama, tim berhasil memindahkan masing-masing dua batang pohon. Pada pengangkutan keempat, tim hanya mampu memindahkan satu pohon. ’’Yang keempat itu yang paling sulit karena paling besar,’’ ujar Harun.

Sebelum memindahkan pohon, UI memberangkatkan tim advance yang terdiri atas konsultan ahli tanaman dan tim teknis yang membidangi operasi alat berat. Tugas tim advance tidak hanya menyurvei di lapangan, tapi juga membuka akses bagi alat berat yang akan menuju lokasi pemindahan. Jika jalur menuju lokasi terlalu sempit, tim akan melebarkannya.
Tim juga mengukur semua panjang tikungan dalam jalur pemindahan. Termasuk, mengukur lebar serta tinggi gate (pintu) jalan tol yang akan dilalui trailer pengangkut pohon raksasa itu. Tim pun perlu waktu seminggu untuk ’’membersihkan’’ jalur.

UI mendapat bantuan dari PT Waskita Karya yang menyediakan alat berat sebagai bagian dari program corporate social responsibility (CSR). PT Waskita menyediakan trailer dan dua crane serta backhoe untuk tiap proyek pemindahan.

Harun menuturkan, setidaknya dibutuhkan 40 orang yang bekerja selama 10 jam secara bergantian untuk bisa mencabut pohon raksasa tersebut dari akarnya. Prosesnya dilakukan super hati-hati untuk menghindarkan pohon tidak sampai terluka yang bisa berakibat fatal.

Setelah akar berhasil dicabut, pekerjaan mereka semakin rumit. Menurut Harun, menaikkan pohon seberat 80 ton dengan posisi tidur ke atas trailer merupakan salah satu bagian terumit dari proses pemindahan pohon Baobab. Pohon dengan diameter rata-rata 5 meter dan tinggi 20 meter itu hampir tidak mungkin diletakkan secara pas di bak trailer. Apalagi, bentuk batangnya tidak sepenuhnya bundar, melainkan agak lonjong. Tim harus mencoba berkali-kali sebelum menemukan letak yang paling pas sehingga trailer sepanjang 20 meter itu bisa melewati jalan dan gate tol dengan mulus.
’’Proses menaikkannya saja perlu waktu sekitar 14 jam. Harus super hati-hati agar pohon tidak sampai terluka dan bergeser ketika di jalan,’’ katanya.

Setiap Pohon Perlu 800 Karung Pasir

Untuk penyangga, tim menaruh sekitar 100 karung tanah, pupuk, dan sekam. Tim memilih memindahkan pohon saat malam untuk menghindari kemacetan dan cuaca yang bisa membuat pohon layu. Perjalanan dari Subang ke kampus UI yang biasanya bisa ditempuh selama empat jam (termasuk kena macet), saat mengangkut pohon Baobab, menjadi 11–12 jam.

’’Pemindahan dari lokasi setidaknya butuh dua hari, termasuk penggalian dan lama transportasi,’’ kata Harun.
Sesampai di kampus UI, pekerjaan yang cukup menyita tenaga kembali dilakukan. Yakni, penanaman kembali pohon raksasa itu. Untuk menjaga agar pohon tetap bisa hidup, tim mendatangkan pasir dari Malang, Jawa Timur, sebanyak 800 karung untuk setiap pohon. Pasir itu digunakan untuk menjaga agar pohon tetap lembap dan bisa tetap berposisi tegak. Tim juga menambahkan hormon pertumbuhan, pupuk kandang, serta memastikan posisinya berhadapan dengan arah matahari. Penanaman ulang itu membutuhkan 14 jam untuk setiap batang pohon.

Tenaga tim ikut terkuras habis. Harun, misalnya, kini sedang mengalami flu berat dan kondisinya drop karena mengawal evakuasi yang semua dilakukan semalam suntuk.
Kini, daun-daun baru mulai tumbuh di sebagian pohon itu. Harun berharap kerumitan dan kesulitan proses pemindahan akan terbayar dengan hasil penelitian para mahasiswa UI tentang khasiat serta manfaat baru pohon langka tersebut. ’’Semoga semua ini berguna bagi kemanusiaan,’’ ujarnya. (*/c5/ari)






keterangan foto karya zulham mubarak (jawa pos) : proses evakuasi pohon Baobab di Subang . tampak Rektor UI Prof. Gumilar berpose di depan pohon Baobab yang sudah tertanam di halaman rektorat UI Depok.  dan Harun A. Gunawan  (kemeja biru, bertopi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar