Rabu, 15 Desember 2010

Doktor Honoris Causa pertama dari ITS Surabaya






keterangan foto :
Hermawan bersama Rektor UI dan Rektor ITS.
fotografer : Bayu Putra (Jawa Pos)


Hermawan Raih Doktor
Honoris Causa dari ITS

SURABAYA – Wajah guru marketing Hermawan Kartajaya tampak semringah saat Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD mengalungkan medali dan  memberikan piagam kepada dia kemarin (15/12). Tokoh kelahiran Surabaya, 18 November 1947, itu kemarin menerima doktor kehormatan atau doktor honoris causa (Dr HC) di bidang marketing atau pemasaran dalam pengukuhan di Graha Sepuluh Nopember, Surabaya.

Menurut Probo, panggilan akrab Priyo Suprobo, penganugerahan gelar itu bukannya tanpa alasan. Gelar tersebut diusulkan oleh Jurusan Magister Manajemen Teknik (MMT) ITS. Selain karena menjadi salah seorang pengajar di MMT, penganugerahan tersebut didasarkan pada kualitas Hermawan yang mendunia.

’’Ini gelar pertama (doktor honoris causa) yang diberikan ITS sejak berdiri,’’ ujar Probo. Pemberian gelar itu juga masuk rangkaian dari Dies Natalis Ke-50 ITS. Meski perguruan tinggi di Surabaya tersebut berdiri pada 1957, dies natalis (ulang tahun) pertama ditetapkan 10 November 1960.
Hermawan juga pernah menimba ilmu di Jurusan Teknik Elektro ITS, tetapi keluar sebelum lulus. Dia lantas meraih sarjana dari Universitas Udayana, Denpasar, dan master dari University of Strathclyde Graduate School of Business, Skotlandia, pada 1995.

CEO dan pendiri MarkPlus Inc. itu lalu dinobatkan sebagai salah seorang di antara 50 Gurus Who Have Shaped the Future of Marketing oleh The Chartered Institute of Marketing, Inggris (CIM-UK). Hermawan menjadi salah seorang di antara dua tokoh Asia yang masuk daftar tersebut. Tokoh lain adalah Kenichi Ohmae dari Jepang.

Sebelum acara penganugerahan gelar, Hermawan memberikan orasi ilmiah yang berjudul Evolusi Pemasaran di Tengah Perubahan Lanskap di Era New Wave. Dalam orasinya, Hermawan menekankan kepada konsep marketing 3.0 yang disusunnya. Yakni, konsep marketing dengan human spirit (semangat kemanusiaan) yang menggabungkan IQ, EQ, dan SQ. Dalam konsep itu, terdapat tiga unsur inti. Yakni, simplification, redefinition, dan futurization.

Simplifikasi menekankan bahwa marketing tidak boleh menghamburkan sumber daya untuk sesuatu yang bukan menjadi target pasar. Ada empat unsur dalam konsep tersebut, yakni company (perusahaan), customer (pelanggan), change (perubahan), dan competitor (pesaing).

Untuk masa depan, kata Hermawan, marketing berpatokan kepada kejujuran. ’’Saya dapat inspirasi dari Nabi Muhammad. Beliau adalah nabi yang (sangat menguasai) marketing,’’ tuturnya. Alasannya, Nabi Muhammad sukses dalam berdagang karena sangat jujur. ’’Kejujuran sangat penting dalam marketing saat ini. Di masa depan, marketer yang tidak jujur akan cepat mati,’’ tambahnya.
Hermawan lalu bercerita, pada 1965 dia kuliah di Jurusan Teknik Elektro ITS dalam keadaan melarat. Karena itu, dia nyambi mengajar di SMA-nya, yakni SMAK St. Louis I Surabaya. Namun, pada tahun kelima, dia memutuskan berhenti kuliah karena kesibukan mengajar. ’’Setelah 45 tahun, baru sekarang saya diwisuda,’’ ujarnya, lantas disambut tawa hadirin.

Hermawan sempat menunjukkan di layar petikan testimoni pakar pemasaran Philip Kotler atas gelar Dr HC yang diterimanya. ’’Intinya, (menurut Kotler) ITS lebih hebat daripada Harvard (perguruan tinggi di AS, Harvard University). Harvard tidak berani memberikan gelar (doktor honoris causa) kepada Bill Gates (chairman Microsoft Corp., Red),’’ ujarnya. Padahal, Bill Gates protolan Harvard dan kemudian mendirikan Microsoft. Pernyataan Hermawan itu pun disambut tepuk tangan para undangan.

Direktur Nanyang Technopreneurship Center NTU (Nanyang Technological University), Singapura, Hooi Den Huan yang kemarin juga hadir dalam acara itu membenarkan. Menurut dia, ITS jelas lebih berani daripada Harvard karena memberikan gelar kepada orang yang pernah tidak selesai kuliah di sana. Hooi menambahkan, di lingkungan akademis, kebenaran tidak pernah membedakan agama, etnis, dan status seseorang.

Acara penganugerahan gelar itu dihadiri sekitar 700 undangan. Di antaranya, terlihat pengusaha dan bos Grup Maspion Alim Markus, pengusaha Martha Tilaar, dan Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Gumilar Rusliwa Somantri. Musikus grup band Padi, Satriyo Yudi Wahono alias Piyu, juga hadir. Ketika memberikan sambutan, Gumilar memuji Hermawan karena mampu menyampaikan teori dan praktik marketing secara simpel.

Selesai acara penganugerahan gelar, Hermawan menandatangani sampul hari pertama yang dibuat PT Pos Indonesia. Menurut Kepala Divisi Regional VII PT Pos Indonesia Junaidi, sampul hari pertama itu adalah bentuk penghargaan perusahaannya kepada orang-orang tertentu yang dianggap berjasa. ’’Selain itu, kami sudah menjalin kerja sama dengan MarkPlus,’’ ujarnya.

Saat jumpa pers setelah pengukuhan, Hermawan mengatakan bahwa dirinya akan membuka museum marketing pertama di dunia. Museum seluas 300 meter persegi tersebut berlokasi di Ubud, Bali. ’’Itu sumbangan dari keluarga kerajaan Ubud,’’ terangnya.

Museum itu dilengkapi banyak komputer yang berisikan profil dan cerita mengenai perusahaan-perusahaan yang menerapkan konsep marketing 3.0. Rencananya, museum tersebut diresmikan pada 27 Mei 2011. Hermawan berharap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa meresmikan museum itu. (byu/c4/dwi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar