Minggu, 28 November 2010
Pelantun Ayat-Ayat Alquran (1)
Qari Internasional H Muammar ZA ketika ditemui di Pesantren Ummulquro, Cipondoh, Tangerang Minggu (21/11) lalu. FOTO: ZULHAM MUBARAK (JAWA POS)
Muammar Bangga Bisa Masuk ke Dalam Kakbah
Para Pelantun Ayat-Ayat Alquran yang Berprestasi Internasional
Prihatin Seni Qiraah Kalah oleh Karaoke
Mereka ini pernah mengharumkan nama bangsa pada 1980–1990-an berkat suara emas dalam melantunkan ayat-ayat Alquran. Benarkah kini semakin sulit mencari orang-orang seperti mereka?
--------------------------------------
Pada era 1980-an, nama H. Muammar Zainal Asyikin atau yang sering disingkat dengan nama Muammar Z.A. cukup dikenal sebagai jawara qari. Kaset yang merekam suara emasnya kala itu cukup banyak dijual dan diputar di masjid-masjid atau pada acara keagamaan.
Laki-laki kelahiran Pemalang, 14 Juni 1954, tersebut adalah seorang hafiz atau penghafal Alquran dan qari yang dikenal luas secara internasional. Dia pernah menjuarai MTQ tingkat nasional maupun internasional pada 1980-an. Muammar adalah pencetus pembacaan Alquran yang diduetkan dengan arti tiap ayat (saritilawah). Bersama dengan H. Chumaidi, saat itu dia memopulerkan duet qari dan pembaca saritilawah yang dianggap sebagai terobosan presentasi pembacaan Alquran.
Ketika ditemui Jawa Pos di Pesantren Ummulquro, Cipondoh, Tangerang, Minggu lalu (21/11), dia sibuk menularkan ilmunya. Sebanyak 20 santri duduk bersila di musala yang berdiri anggun di tengah kompleks pesantren seluas sekitar 1 hektare tersebut. Suara Muammar melantun merdu dari speaker portabel dengan sebuah clip-on menempel di kemeja putihnya. Para santri menyimak dan menirukan dia membaca ayat-ayat Alquran dengan irama bayati, lagu pembuka qiraah bernada rendah.
”Hari ini sedikit karena baru libur Idul Adha. Tapi, biasanya sampai 60 santri. Siapa pun boleh belajar qiraah di sini secara gratis, tanpa biaya,” ujar Muammar setelah memimpin jamaah salat Duhur.
Walaupun telah mendidik ratusan santri, alumnus Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta itu menyatakan tidak mudah menemukan qari berbakat. Sebab, menurut dia, untuk menjadi pelantun kalimat Allah yang bisa berprestasi internasional, dibutuhkan lebih dari kerja keras.
Suami Syarifah Nadia tersebut mengatakan, seorang santri tidak butuh waktu lama untuk memahami materi qari dan menghafal ragam lagu dalam membaca Alquran. Dengan pendidikan intensif, Muammar mampu melakukannya dalam kurun 3–4 bulan. Namun, tutur dia, untuk mendapatkan komposisi suara qari yang lazimnya bernada tinggi dan melengking, dibutuhkan waktu belajar bertahun-tahun. ”Saya menyebutnya evolusi suara. Itu tidak bisa diprediksi. Bergantung masing-masing. Tapi, paling tidak dibutuhkan minimal enam tahun,” jelasnya.
Namun, tak jarang upaya mencetak qari berskala internasional terkendala akses teknologi informasi dan ragam hiburan yang kini mengisi layar kaca. Menurut dia, tradisi mengajarkan seni membaca Alquran (qiraah) ditaklukkan oleh budaya karaoke, lomba pencarian bakat menyanyi, dan berbagai hiburan baru. Regenerasi pemuda-pemuda dengan minat dan bakat menjadi qari internasional sulit dilakukan karena tantangan modernisasi serta gaya hidup kebarat-baratan yang meracuni generasi muda Islam.
Kendala lain yang membuat pendidikan qari sulit menghasilkan output berskala internasional adalah rendahnya apresiasi pemerintah kepada mereka. Misalnya, hadiah yang ditawarkan bagi juara kompetisi MTQ tingkat nasional sangat rendah. Sangat jauh jika dibandingkan dengan hadiah yang diterima para juara di even-even hiburan.
Dia lantas mengenang pengalamannya saat mendapatkan hadiah televisi 14 inci dalam sebuah MTQ tingkat nasional pada era 1980-an. ”Kalau sekarang, biasanya uang beberapa juta rupiah dan naik haji. Tapi, naik hajinya ikut tenaga musiman Kementerian Agama. Menurut Anda, itu layak nggak?” tanya dia.
Di sisi lain, dia menjamin, jika seseorang ikhlas dalam menekuni dunia qari, kebutuhan duniawinya tidak akan sampai kekurangan. Dia mencontohkan dirinya, yang menjadi qari ketika berusia belasan tahun. Dalam 30 tahun masa pengabdian kepada Alquran, dia telah berkeliling dunia.
Saat menghadiri undangan mengaji, dia pernah mencoba berbagai moda transportasi. Mulai jet pribadi, pesawat komersial, limusin, ojek, sampai tandu. Modal menjadi qari pula yang membuat dia diundang sebagai tamu kehormatan raja Arab Saudi dan pada 1981 diberi kesempatan masuk ke dalam Kakbah.
”Sama sekali tidak terbayang sebelumnya bisa berada dalam Kakbah. Ketika itu saya cuma bisa tertunduk, menangis. Saya nggak berani mengangkat wajah dan memandang langit-langit,” ucap dia.
Ketika menghadiri undangan mengaji, dia pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di daerah Cirebon pada akhir 1990. Mobilnya hancur. Dia terluka parah dan harus menjalani operasi tengkorak. Uniknya, kejadian tersebut adalah kali pertama dan terakhir dia harus dirawat di rumah sakit. Selama 56 tahun hidupnya, tidak pernah sekali pun dia sakit keras dan mendapatkan perawatan. ”Itu adalah berkah Alquran,” tegas dia.
Ketika ditanya mengenai rahasia suara merdu tersebut, Muammar dengan serius mengatakan tidak mempunyai resep apa pun. Dia bahkan tidak pantang terhadap makanan tersentu atau memiliki kebiasaan khusus. Dalam hal-hal tersebut, dia menyatakan cenderung rasional. ”Apalagi, saya jarang tidur. Tiap hari saya cuma tidur sekitar empat jam,” ucap dia.
Muammar bercita-cita membangun sebuah lembaga pendidikan yang komprehensif, mulai TK, SD, SMP, sampai SMA, yang mempunyai nilai plus pendidikan Alquran. Dia berharap bisa membekali santrinya dengan kelengkapan ilmu-ilmu Alquran, baik tajwid, qiraah, dasar-dasar tafsir, maupun tahfidz (hafalan Alquran). Targetnya, paling tidak setamat SD atau SMP para santri mampu membaca Alquran dengan fasih, baik, dan benar. Dia berharap seni membaca Alquran di Indonesia bisa berkembang dan tidak tenggelam karena ditelan budaya karaoke. (zul/c11/kum)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hidup guruQu MUAMMAR ZA... Teruskan Perjuangkan demi mendidik adik-adikQu yang akan datang
BalasHapusSUKSES DUNIA AKHIRAT Amin amin aminyaarobbal'alamiin...
BalasHapuspanjang usia dan berkah hidupnya wahai guruku...amiin, engkau idolaku walau aku blm bisa bertatap muka denganmu,karena keterbatasanku.
BalasHapus